Selasa, 22 November 2011

SUASANA PRAKTIKUM TAHUN AJARAN 2011-2012











PRESENTASI ALAT BUATAN SENDIRI DI PUDAC SCIENTIFIC BANDUNG

 Saya foto bareng dengan Pak Johan, kepala R & D Departemen (Litbang) Pudac
 Pak Johan sedang melihat alat buatan saya dan membandingkan dengan alat buatan Pudac
 Inilah gambar yang dihasilkan dari kamera mikroskop buatan saya
Kamera Mikroskop buatan sendiri di dampingkan dengan buatan Pudac

Rabu, 15 Juni 2011

TES BUTA WARNA ISHIHARA

Tes Ishihara adalah tes buta warna yang dikembangkan oleh Dr. Shinobu Ishihara. Tes ini pertama kali dipublikasi pada tahun 1917 di Jepang. Sejak saat itu, tes ini terus digunakan di seluruh dunia, sampai sekarang.
Tes buta warna Ishihara terdiri dari lembaran yang didalamnya terdapat titik-titik dengan berbagai warna dan ukuran. Titik berwarna tersebut disusun sehingga membentuk lingkaran. Warna titik itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak akan melihat perbedaan warna seperti yang dilihat orang normal (pseudo-isochromaticism).

Baik yang normal dan mereka dengan semua jenis defisiensi penglihatan warna membacanya sebagai 12.
Normal membaca ini sebagai 8. Mereka yang kekurangan merah-hijau membaca ini sebagai 3. Mereka yang buta warna total tidak bisa membaca angka apapun.

Normal membaca ini sebagai 29. Mereka yang kekurangan merah-hijau membaca ini sebagai 70. Mereka yang buta warna total tidak bisa membaca angka apapun.


Normal membaca ini sebagai 5. Mayoritas mereka dengan kekurangan penglihatan warna tidak bisa membacanya atau membacanya dengan benar.
Normal membaca ini sebagai 3. Mereka yang kekurangan merah-hijau membaca ini sebagai 5. Mereka yang buta warna total tidak bisa membaca angka apapun.
Normal membaca ini sebagai 15. Mereka yang kekurangan merah-hijau membaca ini sebagai 17. Mereka yang buta warna total tidak bisa membaca angka apapun.
 
Normal membaca ini sebagai 74. Mereka yang kekurangan merah-hijau membaca ini sebagai 21. Mereka yang buta warna total tidak bisa membaca angka apapun.
 

Normal membaca ini sebagai 6. Mayoritas mereka dengan kekurangan penglihatan warna tidak bisa membacanya atau membacanya dengan benar.


Normal membaca ini sebagai 45. Mayoritas mereka dengan kekurangan penglihatan warna tidak bisa membacanya atau membacanya dengan benar.
Normal membaca ini sebagai 73. Mayoritas mereka dengan kekurangan penglihatan warna tidak bisa membacanya atau membacanya dengan benar
Normal membaca ini sebagai 16. Mayoritas mereka dengan kekurangan penglihatan warna tidak bisa membacanya atau membacanya dengan benar
Normal membaca ini sebagai 42. Dalam protanopia dan Protanomalia kuat hanya 2is membaca, dan dalam kasus Protanomalia ringan angka itu dibaca, tapi 2 lebih jelas daripada 4. Dalam deuteranopia dan Deuteranomalia kuat hanya 4 dibaca, dan dalam kasus kedua angka Deuteranomalia ringan dibaca tetapi 4 lebih jelas daripada 2.
Normal membaca ini sebagai 26. Dalam protanopia dan Protanomalia kuat hanya 6 dibaca, dan dalam kasus Protanomalia ringan angka itu dibaca, tetapi 6 lebih jelas daripada 2. Dalam deuteranopia dan Deuteranomalia kuat hanya 2 dibaca, dan dalam kasus kedua angka Deuteranomalia ringan dibaca tetapi 2 lebih jelas dibandingkan dengan 6.
Dalam menelusuri garis berkelok-kelok antara dua X, normal menelusuri sepanjang garis Ungu dan Merah, Dalam protanopia dan Protanomalia kuat, hanya garis Ungu adalah ditelusuri, dan dalam kasus Protanomalia ringan kedua baris adalah ditelusuri tetapi garis Ungu lebih mudah untuk mengikuti. Dalam deuteranopia dan Deuteranomalia kuat hanya garis Merah adalah ditelusuri, dan dalam kasus Deuteranomalia ringan kedua baris adalah ditelusuri tetapi garis Merah lebih mudah untuk mengikuti.
Dalam menelusuri garis berkelok-kelok antara dua X, normal menelusuri garis yang menghubungkan kebiruan-hijau dan-kekuningan hijau, mereka yang kekurangan merah-hijau menelusuri garis yang menghubungkan-hijau kebiruan dan ungu, dan mereka yang buta warna total tidak dapat jejak setiap baris.
Dalam menelusuri garis berkelok-kelok antara dua X, normal menelusuri garis oranye, namun sebagian besar dari mereka dengan kekurangan penglihatan warna tidak dapat mengikuti garis atau mengikuti garis yang berbeda dari yang normal.

Dalam menelusuri garis berkelok-kelok antara dua X, normal menelusuri garis kebiruan-hijau, tapi sebagian besar dari mereka dengan kekurangan penglihatan warna tidak dapat mengikuti garis atau mengikuti garis yang berbeda dari yang normal.
Dalam menelusuri garis berkelok-kelok antara dua X, mayoritas dari mereka yang kekurangan merah-hijau jejak sepanjang garis, tapi mayoritas normal dan mereka yang buta warna total tidak mampu mengikuti garis.
Baik normal dan mereka dengan semua jenis defisiensi penglihatan warna dapat menelusuri garis berkelok-kelok antara dua X
Dibaca : 6
Dibaca : 5

Orang normal justru tak bisa melihat apapun, namun jika kamu buta warna justru terlihat angka 5 yang sangat jelas


mata normal bisa melihat kotak kuning dan lingkaran coklat, tapi mata buta warna hanya bisa melihat kotak kuning.

Senin, 02 Mei 2011

ALAT BANTU PEMBELAJARAN FISIKA (Meriam)

MERIAM

Meriam merupakan alat/media pembelajaran yang digunakan sebagai alat pelontar dalam pelaksanaan praktikum mata pelajaran Fisika, khususnya materi Gerak Pabola
Alat ini terdiri dari beberapa komponen sebagai berikut :
A.   Bagian Pendukung
  1. Penopang : merupakan bagian yang berfungsi sebagai tempat berdririnya meriam dan tempat untuk menancapkan pasak kawat penyangga.
  2. Kawat penyangga : merupakan batang kawat yang berfungsi sebagai penyangga posisi kemiringan meriam yang posisinya dikuatkan menggunakan pasak.
  3. Busur : merupakan busur derajat yang berfungsi untuk  mengukur/menentukan besarnya sudut kemiringan (elevasi) dari meriam.
B.  Bagian inti ( Meriam ) --> Merupakan modifikasi dari Atraktor
1.      Selongsong : merupakan tabung dari logam yang berfungsi sebagai wadanh bagi pegas pelontar.
2.      Pegas : terbuat dari baja yang berfungsi sebagai pelontar/pendorong
3.      Bilah pelontar :  terbuat dari logam berfungsi sebagai perpanjangan dari pegas yang berfungsi sebagai pendorong/pelontar peluru/kelereng
4.      Pemicu :  merupakan tombol yang berfungsi sebagai pengunci posisi meriam (pelontar) sebelum di tembakkan.
C.  Alat Tambahan
1.      Kelereng ukuran sedang sebagai peluru
2.      Mistar/penggaris (min 150 cm)

Gambar 1a. Foto Meriam yang telash dibuat
Gambar 1b. Sketsa Meriam

MEKANISME KERJA ( PENGGUNAAN )
1.      Tentukan  sudut kemiringan (elevasi) yang akan digunakan, kemudian kokohkan posisi kemiringa dengan menggunakan penopang (kawat dan pasak)
2.      Tekan bilah pelontar sampai terdengar “klik” yang menandakan meriam dalam posisi terkunci dan siap tembak/lontar
3.      Tepatkan peluru (kelereng) di ujung bilah pelontar
4.      Tekan tombol pemicu
5.      Amati dan tentukan/tandai tempat jatuhnya kelereng, kemudian ukur dengan menggunakan mistar dari pasak penopang sampai tempat jatuhnya kelereng
6.      Catat hasil pengamatan dalam tabel hasuil pengamatan

  Gambar 2. Meriam dalam posisi siaga/siap  tembak
Gambar 3. Jalur lintasan Peluru dari tembakan meriam                 

Gerak parabola dipengaruhi oleh sudut elevasi (αo) dan percepatan gravitasi bumi (g = 9,8 m/s2).  Ketika bergerak dengan kecepatan tertentu (vo), peluru/proyektil akan mencapai tinggi maksimum (h) dan akhirnya jatuh dan mencapai jarak jangkauan terjauh/maksimum (R). 


PETUNJUK PRAKTIKUM FISIKA
Kelas               : XI IPA
Semester         : Ganjil
Judul               : Gerak Parabola
Waktu             :1 x 45 menit

Tujuan:Siswa dapat memahami tentang gerak parabola.

Materi :Gerak parabola merupakan gerak benda yang mempunyai lintasan berbentuk parabola.  Gerak parabola merupakan gabungan antara gerakan benda secara horizontal (mendatar) dan vertical (ke atas atau ke bawah)
                Gerak parabola selalu dipengaruhi oleh sudut elevasi (αo) dan percepatan gravitasi bumi (g = 9,8 m/s2).  Ketika bergerak dengan kecepatan tertentu (vo), peluru/proyektil akan mencapai tinggi maksimum (h) dan akhirnya jatuh dan mencapai jarak jangkauan terjauh/maksimum (R). 
                Berdasar hal tersebut , maka dapat di rumuskan persamaan sebagai berikut :
                 
Alat dan Bahan :
No
Nama Alat / Bahan
Jumlah
1
Meriam
1
2
Peluru kaca/kelereng
1
3
Alat ukur jarak / mistar
1
                                               
Cara Kerja :                                                                                     
1.      Atur alat untuk membentuk sudut elevasi 20o .
2.      Tekan batang pelontar sehingga siap untuk ditembakkan !
3.      Letakkan peluru / kelereng pada ujung batang pelontar, kemudian tekan tombol pemicu sehingga peluru terlontar !
4.      Tandai dan ukur jarak jatuh peluru terjauh yang dapat dicapai !
5.      Catat hasil percobaan pada tabel hasil pengamatan
6.      Ulangi percobaan dengan sudut elevasiyang berbeda (lihat tabel) !
Tabel Hasil Pengamatan :
No.
Sudut elevasi (α0)
Sin2 α0
Jarak jatuh terjauh (R)
Tinggi maksimum (h)
Kecepatan awal (v0)
1
10




2
20




3
30




4
40




5
50




6
60




7
70




8
80





Tugas :
1.      Tuliskan perhitungan dalam menentukan nilai h !
2.      Tuliskan perhitungan dalam menentukan nilai v0 !
3.      Apakah perbedaan sudut elevasi (α0)mempengaruhi besarnya kecepatan awal (v0) dari peluru ?  Jelaskan mengapa demikian !